Indonesia Alami Krisis Doktor. Dari 270 Ribu Dosen, Kurang dari 10 Persen Lulusan S3
Ketersediaan doktor di Indonesia memasuki masa kritis. Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh mengatakan pemerintah segera mempercepat pendidikan bagi para doktor di Indonesia. Sebabnya saat ini Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) mencatat kebutuhan tinggi lulusan strata-3 untuk menggerakkan perguruan tinggi nasional. Jumlah kebutuhan Indonesia saat ini mencapai 7 ribu orang doktor.
"Karena itu Kemendiknas menargetkan percepatan paling tidak sampai 2015 20 persen dari dosen di semua universitas di Indonesia lulusan S3," ujar mantan rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) tersebut dalam pembukaan International Scientist Summit 2010 di Istana Wakil Presiden, kemarin (16/12).
Nuh mengatakan, saat ini terdapat 270 ribu dosen di Indonesia dan hanya 23 ribu, atau kurang dari 10 persen diantaranya yang bertitel strata-3 alias doktor. Karena itu Kemendiknas menargetkan tiap tahun harus ada doktor baru yang berjumlah minimal tujuh ribu orang. Selain untuk menggerakkan perguruan tinggi, kata Nuh, para doktor juga sangat dibutuhkan untuk riset berbagai macam bidang. "Program ini akan disokong dengan sejumlah beasiswa baik dari Kemendiknas maupun dari luar negeri," kata Nuh.
Dengan beasiswa yang tersedia saat ini baik itu dari Kemendiknas atau dengan berbagai negara rencana itu besar kemungkinan akan terealisasi. Terkait dengan perguruan tinggi secara kelembagaan, Nuh menambahkan, universitas di Indonesia saat ini tidak boleh lagi memposisikan dalam fase investasi sumber daya manusia. Kampus harus memberikan makna lebih riil dalam penemuan produk-produk inovatif.
"Fasenya bukan lagi fase investasi tapi sudah saatnya perguruan tinggi memberikan makna dalam produk-produk inovatif baik yang sifatnya tangible maupun intangible," ujar mantan Menkominfo itu.
Kepada ilmuwan-ilmuwan yang kini berada di dalam dan luar negeri, Nuh berpesan agar membangun jaringan yang erat dengan Tanah Air. Meski berada di negeri orang, para ilmuwan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada bangsa Indonesia yang merupakan kampung halaman mereka. Kemampuan kita dan kecintaan dalam memberikan makna kepada bangsa adalah hakekat dari nasionalisme ilmuwan.
"Nasionalisme bukan ditentukan locus (tempat) seseorang tapi fungsi kemanfaatan yang dia berikan kepada bangsa ini. Meskipun locus nya di Indonesia, kalau dia hanya mengeruk kekayaan Indonesia, itu bukanlah nasionalisme," katanya.
sumber : http://www.jpnn.com/read/2010/12/17/79810/Indonesia-Alami-Krisis-Doktor-
Arsip Artikel
-
▼
2010
(1216)
-
▼
Desember
(493)
-
▼
17 Des
(18)
- Para Penantang Kematian
- 10 Artis Paling Banyak Bersedekah di Dunia
- Perjalanan Spiritual El Loco
- 5 Cara Cepat Redakan Jerawat
- Indonesia Krisis Doktor
- 3 Makanan Penghilang Selulit
- 10 Status Facebook Paling Populer di Tahun 2010
- Inilah yang Menyulap Timnas Jadi Beda
- Di Belanda, Muslim itu Yahudi ?
- Kambing Berkuping 4 Gemparkan Pasuruan
- Siswi SMK Melahirkan di UKS Sekolahnya
- Kisah Para Mantan TKI yang Memanen Sukses di Tanah...
- 7 Percobaan Medis yang Jahat
- Penampilan Baru Asmirandah
- 3 Makam Misterius Berusia Ratusan Tahun Gemparkan ...
- Satu - satunya Manusia yang Tak Punya Rasa Takut
- Pelajari Islam di Makkah, Snouck Hurgronje Berpura...
- Inilah Proses Warga Negara Asing Bisa Menjadi WNI
-
▼
17 Des
(18)
-
▼
Desember
(493)