Arsip Artikel

Mengenal Sosok Abu Tholut

abu tholut, foto abu tholut, gambar abu tholut
Di lingkungan tempat tinggalnya, Abu Tholut ternyata dikenal sebagai pribadi yang baik dan ramah. Warga pun tak menyangka bila kemudian Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap Abu Tholut karena dia diduga terlibat perampokan Bank CIMB Niaga, Medan, 18 Agustus lalu.

------------------------------------

Abu Tholut sebenarnya bukan nama asing di telinga masyarakat. Rekam jejaknya dalam berbagai aktivitas teroris di tanah air sering menyibukkan aparat dan menghiasi pemberitaan media massa. Terakhir, dia disebut-sebut terlibat perampokan Bank CIMB Niaga, Medan, pada 18 Agustus silam. Sejak itu, dia menjadi teroris buron nomor satu Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri.

Tetapi, di mata warga Dukuh Bae Pondok, RT 4/III, Desa Bae, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, sosok Abu Tholut bertolak belakang dengan citranya sebagai teroris. Warga mengenal pria 50 tahun itu sebagai pribadi yang hangat, ramah, dan familier. Karena itu, pemberitaan mengenai dia selama ini seakan tidak sesuai dengan kenyataan di desa tersebut.

"Di sini Abu Tholut sering dipanggil Om Yon, kepanjangan dari  Imron. Ada juga yang memanggil Amin atau Mustofa," ujar Aslamah, 60, salah seorang warga Desa Bae kepada Radar Kudus (Jawa Pos Group/JPNN) kemarin (10/12).

Aslamah menuturkan, sebenarnya banyak warga yang mengetahui Abu Tholut pernah dipenjara karena terlibat kasus terorisme. Namun, tidak ada warga yang mempermasalahkan. "Sebab, Om Yon dikenal baik dan ramah kepada masyarakat sini," ujarnya. Begitu pula, keluarganya tidak pernah bermasalah. "Istrinya (Fachatun, 45, Red) bahkan sering kumpul dengan ibu-ibu," tambah Aslamah. 

Abu Tholut mempunyai tujuh anak. Mereka adalah Nadya, 17; Khimna, 15; Tholut, 13; Ira, 9; Ghulam, 6; Lilik, 2; dan Sa?ad, 7 bulan. "Di antara tujuh anak itu, yang tinggal di sini hanya empat orang. Yang lain, katanya, sedang mondok di luar kota," jelasnya.

Otomatis keluarga itu jarang terlihat berkumpul semua. Apalagi, Abu Tholut juga sering bepergian keluar kota. "Warga sini tidak tahu apa yang dilakukan di luar kota. Yang jelas, selama di sini dia dan keluarganya baik-baik saja," kata Aslamah.

Sebelum di Desa Bae, Abu Tholut kepada warga  mengatakan tinggal di Jakarta. Dia bersama keluarganya kos atau menyewa rumah dengan berpindah-pindah. Baru pada 2005 dia berpindah ke Kudus dan membangun rumah di Desa Bae. Di rumah dengan teras berlantai keramik hijau dan tembok bercat putih itulah keluarga Abu Tholut melanjutkan hidupnya.

Posisi rumah Abu Tholut memang pas untuk tempat bersembunyi. Letaknya di belakang kebun, bersebelahan dengan sungai desa dan diapit tiga rumah saudara iparnya. Yakni, rumah Mustaqin (depan), rumah Yasin (samping kanan), dan rumah Zahid (samping kiri). Orang yang tidak mengenal Abu Tholut jarang yang mengetahui rumah tokoh teroris itu.

Su"udi, 42, salah seorang warga setempat, saat ditemui Radar Kudus menuturkan, Dukuh Bae Pondok merupakan dukuh paling ujung alias perbatasan yang menghubungkan Desa Bae, Kecamatan Bae, dengan Desa Samirejo, Kecamatan Dawe. Dari Jalan Raya Kudus-Colo, orang harus melalui jalan selebar dua meter sepanjang 1,5 kilometer untuk menuju ke Dukuh Bae. "Dukuh kami merupakan dukuh terakhir di Desa Bae. Masyarakat umum jarang yang lewat jalan ini," bebernya.

Su"udi mengatakan, akhir-akhir ini banyak warga tidak dikenal sering mendatangi dukuhnya. "Kadang ada orang yang mondar-mandir di sekitar sini. Namun, saya tidak tahu apakah itu petugas yang memata-matai rumah Abu Tholut atau bukan," ungkapnya.

Yang jelas, selama Abu Tholut tinggal di Desa Bae, warga tidak tahu persis pekerjaan dia sebenarnya. Warga hanya mengetahui Abu Tholut sering memberikan ceramah di mana-mana, hingga di luar kota. Karena itu, warga pun memanggil dia "Pak Ustad". Namun, kata Aslamah, Abu Tholut jarang mau berceramah di masjid desanya. Sebab, keyakinan keluarga Abu Tholut berbeda dengan keyakinan kebanyakan warga di desa itu. "Ustad Imron (panggilan Abu Tholut, Red) jarang memberikan pengajian di sini. Dia lebih sering berceramah di luar kota."

Salah satu perbedaan yang terlihat adalah cara berpakaian keluarga Abu Tholut. Istrinya, Fachatun, berjilbab penuh. Bahkan, kata Aslamah, kalau keluar rumah, Fat "panggilan Fachatun" mengenakan cadar untuk menutupi wajahnya.  "Kami pun kaget mengetahui Ustad Imron ditangkap karena diduga terlibat perampokan di Medan," kata Aslamah.

sumber : http://pitu8.blogspot.com/2010/12/mengenal-sosok-abu-tholut-di-dukuh-bae.html