Arsip Artikel
-
▼
2010
(1216)
-
▼
Desember
(493)
-
▼
02 Des
(18)
- "El Loco" Ungkap Rahasia Kesuksesannya
- NASA Menemukan Alien ?
- Suami-Istri Tiduri 52 Perawan dan 49 Perjaka
- Kenapa Pria Menyukai Payudara Wanita ?
- Video Pertandingan Piala AFF 2010 : Indonesia vs M...
- Kapan Perlu Obat Pelangsing ?
- Cinta Habibie-Ainun : Romeo dan Juliet-kah Itu ?
- 7 Perang Terunik di Dunia
- Game Playboy Party di Facebook
- Pulau Moyo, Objek Wisata Kelas Dunia
- Indonesia Menang, Rio Ferdinand Senang
- Anas Urbaningrum : "Irfan Bachdim Jangan Main Sine...
- Koleksi Foto Jennifer Jasmin, Pacar Irfan Bachdim
- Kisah Cinta Irfan Bachdim - Jennifer Jasmin
- 10 Dokumen Rahasia FBI Tentang Misteri Dunia
- Profil Irvan Haarys Bachdim
- Hujan Deras, Jalan di Garut Ambles
- Merah Putih Ganyang Malaysia 5 - 1
-
▼
02 Des
(18)
-
▼
Desember
(493)
Obesitas dan segala komplikasinya bisa menurunkan kualitas hidup. Mulai dari keterbatasan gerak, turunnya rasa percaya diri, hingga risiko terkena berbagai penyakit.
Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan jauh di atas normal dan bisa membahayakan kesehatan. Body mass index atau indeks massa tubuh (IMT) telah diakui sebagai metode dalam menentukan tingkat kegemukan dan obesitas.
Indeks massa tubuh didapatkan dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Seseorang dikatakan kegemukan bila nilai IMT-nya lebih dari 25 dan disebut obesitas jika IMT-nya lebih dari 30.
Masalah obesitas ini tergolong kronis dan sulit dikendalikan. "Obesitas adalah penyakit dengan faktor geneik dan menjadi masalah kesehatan besar. Kenaikan berat badan kembali setelah obat dihentikan juga menunjukkan obesitas adalah penyakit kronis, seperti halnya hipertensi," terang dr.Johanes Chandrawinata, MND, Sp.GK.
Itu sebabnya, penatalaksaan obesitas juga bersifat jangka panjang. Namun selama ini penananganan obesitas identik dengan pengurangan makan yang dianggap menyiksa sehingga sering gagal.
"Kondisi obesitas merupakan hasil dari jangka panjang, karena itu penanganannya juga bersifat jangka panjang," katanya dalam sebuah acara mengenai keamanan obat anti obesitas yang diadakan Perhimpunan Dokter Gizi Klinik di Jakarta (1/12).
Idealnya, terapi obesitas dilakukan dengan pengaturan pola makan sehat, perubahan perilaku, olahraga untuk meningkatkan pengeluaran energi.
Dibantu Obat
Terkadang, pasien juga perlu bantuan obat-obatan medis yang sudah terbukti keamanannya. Penggunaan obat untuk orang yang obesitas ini sudah memiliki kriteria tertentu, antara lain nilai IMT lebih dari 30 dan disesuaikan dengan riwayat penyakit pasien.
Walau demikian, menurut dr.Johanes cukup banyak pasien yang IMT-nya belum 30 namun sudah minta diresepkan obat penurun berat badan. "Memang ada orang yang belum termasuk obesitas tapi sudah mengalami penumpukan lemak di perut. Ini juga berbahaya," katanya.
Obat penurun berat badan yang beredar di Indonesia terdiri dari dua jenis, yakni yang bekerja sentral dengan cara menekan nafsu makan dan meningkatkan rasa kenyang, serta obat yang bekerja di usus dengan cara menghambat penyerapan zat gizi.
Dalam menentukan jenis obat yang akan dipakai, dokter akan melihat indikasi dan kontra indikasinya. "Obat penurun berat badan sebenarnya termasuk obat keras, karena itu tidak bisa sembarangan dikonsumsi," kata dr.Johanes.
Yang juga perlu diketahui pasien adalah efek samping obat. Obat obesitas yang bekerja di saraf pusat seperti golongan subutramine saat ini sudah ditarik izin edarnya karena terbukti menimbulkan gangguan pada jantung.
sumber : http://health.kompas.com/index.php/read/2010/12/02/10585332/Kapan.Perlu.Obat.Pelangsing-5