Arsip Artikel

Wangi Aroma Mistis Alas Ketonggo Ngawi

Bagi siapa pun yang gemar akan wisata spiritual pasti sudah pernah mendengar nama Alas Ketonggo atau ada sebagian orang yang menyebutnya dengan alas Srigati. Kawasan hutan yang memiliki pemandangan cukup indah ddan rindang ini ternyata menyimpang sejuta misteri penuh nuasa mistis.

Alas Ketonggo, adalah hutan dengan luas 4.846 meter persegi, yang berada lereng Gunung Lawu tepatnya di Desa Babadan, Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi, dengan waktu tempuh sekitar satu jam dari pusat kota Keripik ini kearah selatan.

Dalam hutan yang mayoritas ditumbuhi tanaman jati ini memiliki sepuluh tempat pertapan. Diantaranya Palenggahan-Agung-Srigati, Pertapaan-Dewi-Tunjung-Sekar, Sendang-Derajad, Sendang-Mintowiji, Goa Sidodadi Bagus, Pundhen Watu Dakon, Pundhen Tugu Mas, Umbul Jambe, Punden Siti Hinggil, Sendang Panguripan, Kori Gapit, dan Pesanggrahan Soekarno.

Rata-rata dari ruang atau tempat pesangrahan tersebut mengeluarkan wangi aroma dupa yang kental. Pasalnya dalam ruang tersebut hampir selalu terdapat bekas dupa yang masih menyala bekas orang bersemedi.

Dari selain tempat pertapaan tersebut di hutan yang menurut sebagian orang tidak kalah "Wingit" dengan Alas Purwo ini, juga mememiliki sebuah sungai yang sering digunakan sebagai orang untuk menyepi dan bermeditasi dan bisa disebut "Kali Tempur Sedalem".

"Ada orang yang juga sering bersemedi di dalam sungai kalo malam. Apalagi saat malam Jumat dan Malam suro, pasti banyak yang bersemedi di dalam sungai sambil menyalakan dupa di depan tempatnya semedi," ujar salah satu pemilik warung Kopi yang ada di dalam hutan tersebut, mbah Ginem.

Didalam warung yang tidak aliri oleh listrik ini dan hanya memiliki penerangan dari api yang bersumber dari sumbu dari botol yang didalamanya terdapat minyak tanah atau warga sekitar menyebutnya dengan nama "ublik" ini, selain menyediakan makan dan minuman warung tersebut juga menyedian dupa atau sebagian orang menyebutnya dengan hio serta kemenyan.

Mbah Ginem mengatakan, pada malam malam di kawasan hutan yang tidak tertembus oleh sinyal HP ini sering terjadi fenomena-fenomena yang sering tidak bisa dicerna dengan akal sehat.

"Kadang kadang ada suara yang seperti ratusan orang berbicara tapi setelah dilihat tidak ada wujudnya. Selain itu ada juga sebagian orang yang melihat sekelebatan mahkluk samar. Selain itu juga sering ada kilatan sinar berwarna warni yang jatuh di sekitar hutan" tuturnya.

Orang yang datang ke Alas Ketonggo sendiri memiliki berbagai macam tujuan. Diantaranya meminta pesugihan, ngalap berkah, meminta agar karirnya lancar sampai orang yang dirasa memiliki sedikit kemampuan untuk menarik senjata atau barang pusaka yang diduga banyak tersebar di tempat tersebut, samapi ada juga yang meminta judoh.

"Saya datang kesini bersama dua orang teman saya. Saya kesini untuk meminta agar bisa lolos dalam tes CPNS kemarin," ujar salah satu pengunjung Febri sambil bertapa di dalam dinginya air sungai.

Febri menuturkan, saat awal ia masuk kedalam air sungai, badannya memang merasakan dingin yang cukup menggigit tulang. Namun setelah beberapa saat setelah ia bisa berkonsentrasi air sungai tersebut justru terasa hangat.

Sementara menurut juru kunci di hutan dengan sungai yang lebih mirip lembah ini, Marji, membenarkan bawa memang banyak orang yang datang untuk "ngalap berkah" atau sekedar bermeditasi untuk berbagai alasan.

Marji menjelaskan ada beberapa tokoh nasional yang dulu pernah bermeditasi di hutan ini. Diantaranya Bung Karno, Suyadi, serta salah seorang politisi yang saat ini masih eksi dan bernaung di dalam salah satu parpol partai berlogo pohon.

"Dulu ada satu orang anggota parpol dari Jarkarta yang sering datang kesini untuk bermeditasi di Pesanggraha Soekarno dan Palenggahan Srigati. Tapi saat ia sudah mendapatkan tempat ia sudah jarang kesini lagi," tuturnya.

Selain Pesangragan Soekarno yang digunakan oleh presiden pertama Indonesia ini untuk bermeditasi ada juga Palenggahan Srigati dipercaya sebagai tempat beristirahat Prabu Brawijaya setelah kalah perang dari Raden Patah, tahun 1293.

"Tempat ini akhirnya dikenal sebagai petilasan Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit. Seiring berjalannya waktu, petilasan ini menjadi pesanggrahan dengan dibangunnya rumah kecil ini pada tahun 1975. Karena itulah, tempat ini diyakini untuk menjadi tempat ziarah orang-orang yang ingin menjadi penguasa," kata Marji menerangkan.

Marji menuturkan, banyak kisah mistis yang terjadi di Alas Ketonggo dan berhubungan dengan situasi politik-nasional. Seperti saat adanya beberapa tanaman jati yang sudah cukup tua tiba-tiba mengering dan mati. Hal tersebut entah disengaja atau tidak bertepatan dengan turunnya Soeharto dari jabatan Presiden Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 yang lalu.

Yang lebih mencengangkan lagi, menjelang pengangkatan Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden Indonesia pada Juli 2001 kemarin timbul cahaya yang berwarna biru dan putih dari kali tempur sedalem.[beritajatim.com]