1. Grace Natalie
Grace Natalie Louisa (lahir di Jakarta, 4 Juli 1982; umur 28 tahun) adalah seorang pembawa acara berita dan jurnalis. Ia pernah bekerja di SCTV, ANTV, dan sekarang di tvOne. Ia adalah penyiar tetap Kabar Pasar, selain itu juga sering tampil di Kabar Petang, Apa Kabar Indonesia, Kabar Terkini, dan sejumlah program lainnya.
Grace bersentuhan dengan dunia jurnalistik, bermula ketika SCTV menyelenggarakan kompetisi SCTV Goes to Campus untuk mencari bibit-bibit muda berbakat. Grace mengikuti kompetisi tersebut dan meraih kemenangan untuk wilayah Jakarta. Ketika ditandingkan lagi di tingkat nasional, ia masuk lima besar. Dari sinilah pintu masuk ke dunia pertelevisian mulai terbuka baginya.
Selesai kuliah, SCTV langsung merekrutnya. Di sana ia menjadi salah satu penyiar Liputan 6.
Dari SCTV, Grace pindah ke ANTV, sebelum akhirnya bergabung dengan tvOne. Grace, yang sempat mengikuti kursus kilat di Maastricht School of Management, Belanda dari Januari hingga April 2009, beberapa kali melakukan wawancara ekslusif dengan tokoh-tokoh internasional seperti misalnya Abhisit Vejjajiva (Perdana Menteri Thailand), Jose Ramos Horta (presiden Timor Leste), Steve Forbes (CEO Majalah Forbes), George Soros, dll.
Di dunia maya, Grace adalah salah satu pembawa acara berita terfavorit. Popularitasnya ini ditunjukkan lewat gelar Anchor of the Year 2008 dan Runner Up Jewel of the Station 2009 versi blog News Anchor Admirer.
http://twitter.com/grace_nat
2. Tina Talisa
Tina Talisa (lahir di Bandung, Jawa Barat, 24 Desember 1979; umur 30 tahun) adalah seorang pembawa acara berkebangsaan Indonesia. Sebelumnya dia pernah berprofesi sebagai dokter gigi dan merupakan Lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Bandung pada tahun 2001.
Oleh teman-teman kantor, Tina Talisa suka diledek dengan panggilan bu dokter. Sebenarnya bukan ledekan, karena nyatanya Tina memang seorang dokter gigi yang pernah praktek di Bandung. Wanita bersuara merdu kelahiran Bandung 24 Desember ini adalah lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
Dunia kedokteran sementara ditinggalkan Tina, yang kini lebih asyik menekuni profesinya sebagai seorang jurnalis.Sejumlah tokoh internasional pernah diwawancarai Tina. Semula Tina tidak punya bayangan bakal menjadi seorang presenter. Ia lebih fokus menekuni kuliahnya di kedokteran gigi. Ketertarikannya pada bidang broadcasting berawal ketika Tina menjadi penyiar di Radio Paramuda dan Radio Mustika Bandung. Ia seolah menemukan dunia baru yang tidak kalah mengasyikkannya dengan bidang kedokteran gigi.
Finalis Puteri Indonesia 2003 dan Juara l Mojang Jawa Barat 2003, itu kemudian pindah ke Jakarta, bukan buka praktek tapi malah memilih menjadi seorang reporter dan presenter di Trans TV. Tina yang dikenal kritis menghadapi nara sumber itu, kemudian bergabung dengan tvOne sejak 2007. Sesekali pemirsa tvOne bisa menikmati alunan suara merdunya, manakala ia menutup acara yang dibawakannya, Apa Kabar Indonesia Malam.
http://www.facebook.com/tina.talisa
http://twitter.com/tina_talisa
3. Indy Rahmawati
Indi Rahmawati (lahir di Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 1 April 1971;
umur 39 tahun)merupakan seorang penyiar berita tvOne.
Santun dan ramah. Itulah ciri khas Indy Rahmawati, jika sudah menghadapi nara sumber. Lihatlah penampilan Indy tiap pagi ketika membawakan acara Apakabar Indonesia Pagi bersama Andrie Djarot. Wanita berkulit kuning bersih kelahiran Bandung ini juga mudah bersahabat dan akrab, manakala membawakan acara ‘Satu Jam Lebih Dekat’.
Walau demikian, lulusan S-2 Universitas Padjadjaran penyuka kepiting ini, tidak kehilangan kekritisannya menghadapi narasumber yang beraneka latar belakang itu. “Saya berupaya mengemban amanah sebagai wartawan yang netral dan bertanggungjawab,” kata Indy.
Indy Rahmawati bergabung tvOne sejak Maret 2008. Sebelumnya, penggemar travelling dan fotografi inipernah berkarir di SCTV. Selain sebagai presenter, Indy kini juga seorang produser.
4. Cindy Sistyarani
Mungil tapi lincah. Demikian kesan sekilas, begitu melihat sosok Cindy Sistyarani. Bungsu dari 3 bersaudara kelahiran Surabaya 17 Januari itu, memang dikenal lincah dan gesit di lapangan.
Memulai karirnya sebagai reporter di tvOne Biro Surabaya, sejak 17 Desember 2007. Wajahnya mulai dikenal pemirsa ketika Cindy aktif meliput kasus pembunuhan berantai dengan pelaku Riyan, dan juga dukun cilik Ponari di Jombang. Cindy ikut berdesak-desakan berbaur dengan ribuan warga demi bisa bertemu dan wawancara dukun cilik kesohor Ponari.
Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Airlangga ini, dikenal sebagai sosok mandiri. “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri; bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri,” demikian Cindy, mengutip salah satu novel Pramoedya
http://twitter.com/heyycindy
5. Nane Nindya
Penampilannya kalem dan lembut. Tidak salah kalau banyak yang mengira Nane dari Solo, sebuah kota yang identik dengan wanita lemah gemulai. Padahal Arianne Nindya Rastri –nama lengkap Nane— asli Surabaya (walaupun lahir di Malang).
Sejak kecil, Nane yang punya hobi mencoba resep masakan baru dan mengoleksi boneka sapi itu sudah bercita-cita jadi presenter. Tidak heran, jika penggemar musik jazz dan R&B kelahiran 17 November 1984 itu, rela meninggalkan kuliah di Teknik Kimia dan nekad pindah jalur masuk ke Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga, demi mengejar cita-citanya sebagai seorang reporter.
Cita-citanya mulai berbuah, ketika ia diterima sebagai reporter dan penyiar radio swasta My Radio di Surabaya. Ketika JTV Surabaya (2004) mencari presenter, ia pun mendaftar dan lolos. Bertahan dua tahun, Nane pun memutuskan pindah ke Jakarta dan bergabung dengan tvOne sejak Agustus 2007.
Nane dikenal banyak memiliki kegemaran. Tidak sekadar memasak, Nane juga suka menari dan menyanyi. Koleksi DVD-nya se-abrek. Maklum, hampir setiap muncul DVD baru (film dan musik), ia beli. “Banyak beli tapi gak tahu kapan nontonnya,” ujar Nane, tertawa.
Ada hal lain yang bagi orang lain mungkin dianggap aneh, karena Nane ternyata suka dengan hujan. “Entah kenapa suka sekali dengan hujan, terutama bau tanah sehabis hujan,” katanya.
6. Ratna Dumila
Di layar kaca, dengan balutan blazer warna gelap, Ratna nampak anggun
berwibawa. Namun begitu usai siaran, Ratna kembali ke sifat aslinya: centil, periang, humoris, dan spontan. Spontanitasnnya sering diwujudkan dalam cletukan lucu, atau dengan bersenandung di kantor. “Saya adalah sebuah buku yang terbuka. Semua orang bisa langsung kenal dan mengetahui siapa saya tanpa waktu lama,” ujar ibu seorang putri yang manis, Rameyza Alya Hakim ini.
Penyuka bebek goreng dan motor bebek yang asli Surabaya itu mengawali karirnya sebagai reporter dan presenter di Trans TV. Sarjana hukum lulusan UNAIR kelahiran 20 Desember 1983 ini memang lebih suka bergelut di dunia broadcast, ketimbang menghafal pasal-pasal usang KUHP.
Tentang namanya, yang disebutnya “Jawa banget”, Ratna justru bangga pada orang tuanya yang telah memilih nama indah untuknya. Dalam blog pribadi Ratna bercerita tentang sejarah namanya, disebutkan:
“…ketika tinggal di Magetan, Jawa timur (saya lupa SD kelas berapa) pernah suatu malam Bapak dan Ibu mengajak saya ke Madiun yang jaraknya tidak terlalu jauh. Saat itu ada pementasan ketoprak Siswo Budoyo. Di suatu lakon rupanya diceritakan ada seorang putri dari Bupati Madiun yang bernama Raden Ayu Retno Dumilah. Di situ, lakonnya diperankan seorang wanita cantik, molek, dengan suara merdu namun sekilas saya menangkap ada sisi ketegasan dari tokoh Retno Dumilah itu.
Soal cerita lengkap sosoknya, sekali lagi karena masih kecil saya tidak nyambung. Sekilas adalah Raden Ayu Retno Dumilah adalah seorang putri yang tidak ingin tunduk dalam kekuasaan Mataram yang mengirimkan utusan Sutawijaya. Saat berperang, Retno Dumilah dengan Sutawijaya kalah dan menjadi tawanan Mataram, namun pada akhirnya Retno Dumilah ini dijadikan istri oleh musuhnya sendri si Sutawijaya itu (heroik betul sejarah nama saya, ya??). Tapi dari malam itulah setidaknya saya tahu bahwa nama Retno Dumilah yang akhirnya diadaptasi oleh Bapak Ibu saya menjadi Ratna Dumila adalah bermakna baik, ada sejarah Jawa dan menyiratkan arti keberanian serta pantang menyerah.. Kurang lebihnya begitu..”
http://twitter.com/ratnadumila
http://www.facebook.com/
http://profiles.friendster.com/
7. Atika Sunarya
Sepintas sosok Atika Sunarya terkesan pendiam. Padahal, kalau sudah mengenal dekat, wanita berdarah Sunda-Padang ini, cukup ‘ramai’. Di sela-sela rapat redaksii misalnya, Atika sering mengeluarkan celetukan spontan yang membuat rekannya tertawa. “Saya memang suka bercanda dan blak-blakan,” ujarnya.
Penyuka spagethi dan masakan padang itu, sejak lulus dari Universitas Pelita Harapan sudah bercita-cita menjadi seorang jurnalis. “Dunia jurnalistik menantang dan dinamis,” katanya memberi alasan. Karena itu, begitu lulus kuliah ia langsung mendaftar ke stasiun televisi Lativi, pada 2003. Ketika manajemen Lativi beralih kepemilikan, Atika pun tetap bertahan di tvOne.
Selain sebagai news presenter dan asisten produser, Atika adalah seorang ibu yang menyenangkan. Ia sudah memiliki buah hati, seorang putri cantik, Alexandria Putri Devasya. “Soal makanan untuk anak, saya paling cerewet,” ujar Atika terus terang.
sumber : http://finunu.wordpress.com/2010/12/21/7-presenter-cantik-tvone/