Sebuah foto saat erupsi Gunung Bromo yang mirip wajah manusia menyeramkan bak raksasa beredar di kalangan warga Suku Tengger. Bahkan, warga suku Tengger ada yang mempercayai letusan Bromo yang mirip wajah manusia itu diyakini Joko Seger yang merupakan penguasa kawasan Gunung Bromo.
Informasi yang berhasil dihimpun beritajatim.com, gambar hasil jepretan kamera handphone itu sudah beredar lama di warga suku Tengger, wisatawan dan wartawan saat Gunung Bromo meletus dan statusnya dinaikkan menjadi Awas oleh PVMBG Bandung. Warga suku Tengger mempercayai itu penampakan Joko Seger dikarenakan bentuk wajah seperti orang zaman kerajaan tempo dulu.
Joko Seger merupakan penguasa kawasan Tengger bersama Istrinya Roro Anteng. Keduanya mendiami wilayah Gunung Bromo karena tidak memiliki anak, setelah bersemedi oleh Sang Hyang Widi akhirnya dikarunia anak sangat banyak. Namun, sesuai dengan perjanjian dengan Sang Hyang Widi, Joko Seger dan Roro Anteng harus menjadikan anak bungsunya sebagai sesembahan untuk Gunung Bromo.
"Gambar ini oleh warga dinyakini penampan Joko Seger penguasa wilayah Tengger," kata Budi, warga Desa Ngadisari pada wartawan, Selasa (04/01/2011).
Sementara itu, Ketua Dukun Suku Tengger, Mujono, menyakini, penampakan wajah, tangan, mata dan bentuk lainnya merupakan penampakan leluhur suku Tengger. Bahkan bisa diartikan sebuah aktivitas lelulur agar anak cucunya lebih memperhatikan dan memberikan sesembahan.
"Warga di sini tidak heran dengan penampakan leluhur pada letusan Gunung Bromo," ungkap Mujono.
Bahkan, letusan Gunung Bromo yang mengguyur pemukiman dan lahan pertanian warga dianggap sebuah berkah yang tak ternilai bagi keturunan suku Tengger ke depan. "Kami mempercayai letusan Gunung Bromo dilakukan leluhur untuk memberikan rejeki pada anak cucunya," jelasnya.
Sementara itu, Kepala PVMBG Bandung, Surono, mengatakan, material vulkanik yang menguyur pemukiman dan lahan pertanian warga sangat bagus untuk bercocok tanam. Bahkan, abu Bromo akan semakin bagus dalam 2 bulan ke depan bila terus diguyur hujan.
"Abu letusan gunung merupakan pupuk organik terbaik di dunia, sehingga tidak perlu pupuk kimia," ujar Surono. [beritajatim.com]