Arsip Artikel

Sholat Id Jamaah Darul Qur'an, Tetap Bersandal dan Bersepatu Tanpa Sajadah

Terik matahari yang yang menyinar dari ufuk timur, mengiringi kekhusukan ibadah salat Idul Adha jamaah Darul Quran pimpinan Mahrus Ali, warga Tambak Sumur, Waru di lahan kosong utara pintu masuk tol simpang susun Waru-Juanda di kawasan Tambak Sumur.

Namun ada perbedaan dalam salat id yang dilakukan jamaah ini dengan kaum muslimin lainnya. Jika umumnya, salat dilakukan di masjid maupun lapangan dengan menggunakan alas sajadah yang menempel di atas tanah, namun beda dengan jamaah Darul Quran ini. Jamaah ini salat dengan tetap menggunakan sandal maupun sepatu, dan tanpa alas sajadah dalam bersujud di atas tanah.

Dalam menjalankan salat Idul Adha ini, imam dan para makmumnya yang terdiri dari shaf depan lelaki dewasa, kecil dan belakang shaf wanita berjumlah sekitar 30 orang. Mereka sebelum menjalankan salat Id, juga melantunkan kalimat takbir, tahmid dan tasbih.

Tatanan dalam bertakbir, dalam rakaat pertama dan kedua, jamaah yang kebanyakan penghafal Al Quran ini hanya melakukan sebanyak satu kali, tidak pada umumnya rakaat pertama tujuh kali dan kedua lima kali. Pada posisi sesudah takbir, imam dan makmum jamaah ini juga dalam sikap biasa, tidak menyedekapkan tangan kanan di atas tangan kiri.

Kata Mahrus Ali, apa yang dilakukan dalam menjalankan salat ini, sesuai dengan apa yang pernah diajarkan Nabi Muhammad SAW seperti yang tertera dalam Al Quran dan Al Hadits. Ucap dia, Nabi Muhammad dalam bersalat, tanpa menggunakan alas dalam bersujud.

"Sujud dengan posisi kepala lansung menyentuh tanah, bisa menjadikan atau menjauhkan orang itu dalam bersifat negatif. Ini kan bisa membawa pelaku sujud di atas tanah, menjadi tunduk dan tawadhu di hadapan Allah SWT. Jadikan bumi atau tanah itu untuk masjid dan tempat bersujud. banyak yang sudah mengikuti salat di tanah lapang, tapi sayang masih menggunakan alas atau sajadah. Dan itu dinilai di'dah atau tertolak,'' ujarnya, Rabu (17/11/2010).

Dalam takbir, lanjutnya, yang dilakukannya itu sudah sesuai dengan apa yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam haditsnya. Takbir lebih dari satu kali itu, dalam hadits diriwayatkan Imam Tirmidzi. Tapi Imam Tirmidzi sendiri mengakui kalau takbir melebihi satu kali itu kurang kuat.

Dia juga mengemukakan soal hewan kurban. Seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim AS, dalam berkurban yang afdhol atau utama adalah menyembelih kambing, bukan sapi atau lainnya. Dan hewan yang dikurbankan itu tidak harus mahal, sederhana juga boleh. Malah kalau hewan yang disembelih itu nilainya mahal, entah itu berupa sapi atau lainnya yang tidak sesuai dengan tuntunan nabi, maka itu tergolong sedekah.

"Dan hewan kurban yang bagus itu disembelih sendiri, bukan disembelihkan orang lain. Kalau alasannya orang yang kurban itu takut, bagaimana kalau dihadapkan dengan perang untuk membela agama," terangnya dengan nada heran.

sumber : http://www.lingkartimur.com/2010/11/sholat-id-jamaah-darul-quran-tetap.html